Jumat, 05 Maret 2010

Abu Yusuf Al-Bagdady dan akhir hayatnya...


Abu Yusuf al-Bagdady adalah sosok ulama terkenal yang arif bijaksana dan penuh wibawa, nama beliau selalu harum dengan seribu hikmah dan suri teladan yang di milikinya… nama lengkap beliau adalah ya’qub bin Ibrahim al-Anshry al-Bagdady Rohimahullah…. Beliau di lahirkan pada tahun 113 H dan wafat pada tahun 182 H… beliau juga salah satu dari kawan seperjungan sekaligus murid dari Imam Abu Hanifah Rohimahullah, dari tangan beliaulah islam di segani dan menyebar baik di kalangan kerajaan maupun masyarakat sekitarnya… beliau begitu gigih dalam menegakkan kebenaran terutama penyebaran mazhab Abu Hanifah… dengan kemahiran dan keluasan ilmunya beliau di percayakan dan di angkat menjadi Qody hakim pada kurun pemerintahan dinasti Abbasiyah…  dan menurut lembaran dan sumber sejarah bahwa beliau adalah orang yang pertama kali yang mendapatkan gelar kehormatan dengan sebutan “Qody al-Qudoh” yaitu ulama berilmu luas sekaligus menjabat sebagai hakim terkemuka……
Kisah dan perjalanan hidup beliau sangat patut untuk di perdengarkan terutama bagi para pelajar “Tullabul Ilmi” yang selalu haus dengan kebenaran walau dengan sebutir hikmah yang di titipkan oleh Abu Yusuf al-Bagdady Rohimahullah…..
Para sejarawan telah mencatat bagaimana figure tersohor ini sangat optimis dalam membina dan mengajarkan agama pada kaum muslimin yang ada pada masanya…. Terlihat dengan kegigihan beliau dalam menaburkan benih keislaman sungguh maenjadi bukti kebesaran jiwanya, di sana kita akan membaca dan mendengar bahwa  dengan waktu yang di jalaninya tidaklah pernah ada kekosongan, waktunya selalu di isi dengan berbagi pengetahuan tentang islam, mengajar dan memberi fatwa, bersosialisasi dengan masyarakatnya, dan lebih dari itu beliau manfaatkan waktunya untuk beribadah kepada Allah SWT, dan dari sekian kisah dari hidupnya beliau memberingat semangat juang yang tinggi bagaikan mutiara penting yang di selipkan oleh beliau ketika hendak menghabisi waktunya, beliau tanamkan satu prinsip kepada ummat untuk selalu bermudzakaroh, berbagi pengetahuan tentang islam walaupun sampai batas ajal menjemputnya….
Pernah di ceritakan oleh salah satu muridnya yaitu syeikh Ibrahim bin Al-Jarroh al-Kufy Rohimahullah, dalam kisahnya beliau mengatakan : “bahwa pada suatu hari ketika Abu Yusuf al-Bagdady sedang sakit keras, ketika itu akupun pergi ke rumahnya untuk berziarah dan menjenguknya, pada saat aku sampai di rumahnya terlihat beliau dalam keadaan tidak sadarkan diri di akibatkan sakit yang di deritanya, dan dalam selang waktu aku berada di sampingnya beliau sempat sadarkan diri, dan anehnya setelah beliau melihatku berada di sampingnya, beliau malah mengutarakan sutu masalah fiqih kepadaku, beliau berkata : “ya Ibrahim, bagaimana pendapatmu tentang suatu masalah fiqih…?”, Mendengar perkataan itu aku kembali menenangkan beliau sambil berkata wahai guruku Abu Yusuf… dalam keadaan seperti ini engkau masih bermudzakaroh denganku…?? Beliau menjawab : “tidak masalah, mudah-mudahan dengan mudzakaroh ini aku di sembuhkan oleh Allah dari sakit ini…”, kemudian beliau mengutarakan sebuah pertanyaan : “wahai Ibrahim, mana lebih afdhal ketika kita melontar jamarot pada saat ibadah haji, apakah kita melontar dengan berjalan kaki atau melontar di atas kendaraan..? maka seketika itu aku menjawab : lebih afdhal dengan memakai kendaraan, dan beliaupun langsung mengatakan : jawabanmu salah, selanjutnya aku jawab dengan alternative kedua yaitu berjalan kaki lebih afdhal… beliau juga mengatakan salah… lalu aku langsung menanyakan jawabannya yang benar…. Dengan tenang beliau menjawab sambil memberikan tafshilnya : “bahwa jika orang yang melontar  kemudiaan akan berdiri di sampingnya untuk berdo’a setelahnya, maka dalam hal ini lebih baik melontar dengan berjalan kaki, namun jika dia melontar tanpa berdo’a padanya, maka dalam hal ini lebih baik melontar di atas kendaraan……
Kemudian setelah mendengar jawaban beliau akupun minta pamit darinya, namun setelah aku bangun dari tempat dudukku dan hendak keluar, dan aku belum sampai pada pintu rumahnya, aku mendengar teriakan bahwa beliau Rohimhullah meninggal dunia….”. Innalillahi wainna ilahi rooji’un….”.
Subhanalloh….
Begitu mulia perjalanan dan akhir hidup Abu Yusuf ini, beliau memulainya dengan menuntut ilmu, mengisinya dengan berbagi ilmu, berda’wah dan beribadah dan mengakhirinya dengan ilmu, hikmah dan suri teladan yang sangat berharga….

Makkah al-Mukarromah
Kamis : 18 Robi’ul Awwal 1431 H /
              04 Maret  2010 M.